KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “BUDAYA
NGINANG” ini dapat terselesaikan.
Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan III. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Blitar, April 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Masyarakat Nusantara kaya akan tradisi
lama yang telah
mereka warisi dari nenek moyang mereka. Sampai sekarang
masyarakat Nusantara masih dapat menikmati berbagai khazanah budaya yang tidak ternilai harganya. Salah satu peninggalan nenek moyang tersebut
salah satunya adalah dalam bentuk kebiasaan sehari-hari yang berkembang di kalangan masyarakat umum maupun yang berkembang di istana atau kekeratonan.
Nginang merupakan salah satu kebudayaan atau kebiasaan yang diturunkan
secara turun temurun dari nenek moyang yang berkembang hingga sekarang. Tetapi
di era globalisasi ini kebiasaan nginang sudah mulai ditinggalkan. Banyak
anak-anak muda yang tidak tertarik dengan kebiasaan ini. Padahal banyak mitos
yang bermanfaat di balik nginang.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
·
Apa itu nginang ?
·
Dari mana nginang
berasal ?
·
Mitos apa saja yang
berkembang di balik kebiasaan nginang ?
·
Bagaimana cara nginang
?
·
Kandungan apa saja yang
terdapat dalam bahan-bahan nginang ?
·
Manfaat apa saja yang
diperoleh dari kebiasaan menginang ?
·
Apa saja dampak negatif
dari nginang ?
·
Lebih baik nginang atau
merokok ?
·
Bagaimana perkembangan
nginang di era globalisasi ?
1.3
TUJUAN
Agar
kita dapat mengetahui tentang mitos dibalik kebiasaan nginang yan berkembang di
suku-suku yang ada di Nusantara. Mengetahui kandungan-kandungan apa saja yang
terdapat dalam racikan nginang. Dan berbagai dampak positif dan negatif dari
kebiasaan menginang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 NGINANG
Nginang adalah sebutan dari tradisi makan sirih. Biasanya,
sebelum dimakan sirih diramu terlebih dahulu dengan tembakau, kapur, gambir, dan
buah pinang. Makan sirih seperti ini bagi
pecandunya merupakan sebuah kebutuhan pokok yang mustahil digantikan oleh apa
pun. Menurut mereka, mengunyah daun sirih merupakan kenikmatan yang sulit
dilukiskan dengan kata-kata. Istilah popular yang dipakai untuk makan sirih
adalah bersugi, bersisik, menyepah, nyusur, dan nginang. Jadi budaya nginang
adalah sebuah kebiasaan memakan sirih dan bahan campurannya yang dilakukan oleh
sekelompok masyarakat.
2.2 SEJARAH
NGINANG
Asal
usul budaya ini diperkirakan berasal dari kebiasaan masyarakat Indonesia pada
masa lalu. Seperti halnya asal-usul sirih itu sendiri, tradisi makan sirih
belum dapat dipastikan dari mana asalnya. Tidak sedikit orang yang mengatakan
bahwa tradisi makan sirih berasal dari India, pendapat ini lebih didasarkan
pada cerita-cerita sastra dan sejarah lisan. Namun, berdasarkan catatan
perjalanan Marcopolo, kemungkinan besar tradisi ini berasal dari kepulauan
Indonesia. Marcopolo yang dikenal sebagai penjelajah dunia pada abad ke-13
mencatat bahwa masyarakat di kepulauan nusantara banyak yang makan sirih.
Pernyataan Marcopolo tersebut seolah-olah mempertegas pernyataan dua penjajah sebelumnya yaitu Ibnu Batuta dan
Vasco Da Gama, yang menyatakan bahwa ada masyarakat di sebelah timur
(Indonesia) memiliki kegemaran makan sirih.
Berawal
dari kebiasaan makan sirih, dan beragamnya flora di Indonesia. Kebiasaan ini
semakin berkembang dengan penambahan berbagai bahan yaitu buah pinang, kapur
sirih, gambir dan disebut dengan istilah nginang. Sampai saat ini asal usul
budaya nginang belum diketahui secara resmi darimana asalnya.
Budaya
makan Pinang telah merasuk ke Indonesia di berbagai wilayah dari Sumatra, Jawa,
Kalimantan hingga Papua. Namun karena efek yang di timbulkan setelah makan pinang
berupa air liur yang terlihat merah dan jorok di tambah lagi dengan kehadiran
rokok dan cemilan, maka budaya makan pinang ini kian lama kian terkikis.
2.3 MITOS TENTANG NGINANG
Nginang
adalah kebiasaan mengkonsumsi sirih, tembakau, kapur, gambir, dan buah pinang lalu dimakan menjadi satu. Mitos tentang
nginang memang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Selain sudah
menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan, banyak dari nenek-nenek kita yang
mengatakan bahwa dengan menginang dapat membuat gigi dan gusi kita menjadi
lebih sehat dan kuat, serta dapat menghilangkan bau mulut yang tidak sedap.
Selain
mitos tersebut ternyata nginang juga memiliki filosofi tersendiri, yakni :
·
Sirih
Sirih, konon
melambangkan sifat rendah hati, memberi, serta senantiasa memuliakan orang
lain. Makna ini ditafsirkan dari cara tumbuh sirih yang memanjat pada
para-para, batang pohon sakat atau batang pohon api-api tanpa merusakkan batang
atau apapun tempat ia hidup. Dalam istilah biologi disebut simbiosis
komensalisme. Daun sirih yang lebat dan rimbun memberi keteduhan di sekitarnya.
·
Kapur
Kapur melambangkan hati
yang putih bersih serta tulus, tetapi jika keadaan memaksa, ia akan berubah menjadi
lebih agresif dan marah.
·
Gambir
Gambir juga adalah
tumbuhan yang terdapat di Asia Tenggara, termasuk dalam keluarga Rubiaceae.
Daunnya berbentuk bujur telur atau lonjong, dan permukaannya licin. Bunga
gambir berwarna kelabu. Gambir juga dimanfaatkan sebagai obat, antara lain
untuk mencuci luka bakar dan kudis, mencegah penyakit diare dan disentri, serta
sebagai pelembap dan menyembuhkan luka di kerongkongan. Gambir memiliki rasa
sedikit pahit, melambangkan keteguhan hati. Makna ini diperoleh dari warna daun
gambir yang kekuning-kuningan serta memerlukan suatu pemrosesan tertentu untuk
memperoleh sarinya, sebelum bisa dimakan. Dimaknai bahwa jika mencita-citakan
sesuatu, kita harus sabar melakukan proses untuk mencapainya.
Dengan
memakan serangkai pinang sirih dan kapur ini, merupakan simbol dari harapan
untuk menjadi manusia yang selalu rendah hati dan meneduhkan layaknya sirih.
Hati bersih, tulus tapi agresif seperti kapur. Jujur, lurus hati dan
bersungguh-sungguh layaknya pohon pinang. Dan jika ditambah gambir berarti
sabar dan hati yang teguh bak sang gambir. kesemuanya harus di racik menjadi
satu kesatuan yang pas,harus benar benar di campur dengan tepat untuk
menghasilkan citarasa yang enak.
2.4 CARA NGINANG
Berikut
ini hal-hal yang dibutuhkan :
Daun sirih Biji
pinang
Kapur sirih Gambir
Tembakau
Cara
nginang adalah sebagai berikut :
1.
Ambil 1 sampai 2 lembar
daun sirih.
2.
Ambil sedikit kapur
sirih, sedikit isi biji pinang yang muda, dan gambir kemudian bungkus dengan
daun sirih tersebut.
3.
Kemudian kunyah daun
sirih beserta isinya sampai hancur.
4.
Untuk membersihkan
gigi, pakailah tembakau.
Contoh
foto-foto orang yang sedang nginang :
2.5 KANDUNGAN BAHAN-BAHAN NGINANG
2.5.1 Daun Sirih
Sirih merupakan tanaman asli Indonesia
yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun
dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun
mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut
dan pembentukan squamous cell
carcinoma yang bersifat malignan.
Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka),
sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.
·
Ciri-ciri batang, daun, dan bunga dan buah
Tanaman
merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat
kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya
yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,
bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5
- 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun
pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar
1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina
panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima
buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat
berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat
kekuningan.
·
Kandungan dan manfaat
Minyak atsiri dari daun sirih
mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan
zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan
fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang
ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan,
menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan,
mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan.
Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle,
dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan
juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk
mengendalikan hama penghisap.
·
Dampak negatif
dari penggunaan daun sirih
Karena memiliki efek mengerutkan
jaringan, pada kondisi tetentu justru akan menyebabkan keringnya rongga mulut,
sariawan dan mengerutnya papila lidah sehingga fungsi indera pengecap akan
menurun.
2.5.2 Kapur Sirih
·
Manfaat
Kapur yang digunakan untuk jika dicampur dengan air akan memberikan
efek penetral terhadap zat asam yang dihasilkan bakteri.
·
Dampak negatif dari
penggunaan kapur sirih
Kapur memiliki komponen bahan yang sifatnya mampu mengikis permukaan
gigi. Menjadikan lapisan pelindung gigi menjadi menipis. Kapur yang digunakan
untuk menginang akan tertahan di rongga mulut selama berjam-jam hingga akhirnya
mengendap dan pembentukan karang gigi akan lebih cepat. Karang gigi yang
menimbun di daerah celah gusi akan menyebabkan peradangan pada gusi dan
jaringan pendukung pada gigi. Jika dibiarkan tanpa adanya perawatan, gigi akan
goyah dan tanggal dengan sendirinya.
2.5.3 Biji Pinang
·
Manfaat
Zat yang tekandung di dalam buah pinang tenyata mampu memberikan
rangsangan pada sistem saraf pusat dan jika dikombinasikan dengan daun sirih
akan menimbulkan efek euforia ringan. Selain itu biji pinang mampu
mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan sama seperti daun sirih.
·
Dampak negatif dari
penggunaan biji pinang
Buah pinang akan berubah warna menjadi merah jika berada dalam
lingkungan basa seperti pada lingkungan mulut orang-orang yang mengunyah
bahan-bahan menyirih. Pewarnaan ini akan membuat pewarnaan pada seluruh rongga
mulut dan kebersihan mulut juga akan memburuk. Zat yang terdapat dalam biji
pinang ternyata memiliki kemampuan untuk menyebabkan tumor. Efek pengkerutan
jaringan akan sama dengan efek pada daun sirih.
2.5.4 Gambir
·
Manfaat
Dari zat yang dikandungnya, gambir memiliki khasiat sebagai obat
mencret, perut mulas, radang tenggorokan, batuk dan disentri. Sama seperti daun
sirih dan pinang, gambir juga mampumengerutkan jaringan sehingga mampu
mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan.
· ·
Dampak negatif dari
penggunaan gambir
Sama
seperti kapur, gambir juga bersifat mampu mengikis permukaan gigi. Efek
pengkerutan jaringan akan sama dengan efek pada pinang dan daun sirih.
2.5.5 Tembakau
·
Manfaat
-
Tembakau mengandung zat
yang dapat mereaksi protein salam tubuh dan merupakan suatu hormon penting yang
berperan dalam merangsang peredaran darah ke seluruh tubuh. Behkan, kandungan
hormon dalam tembakau lokal dua kali lipat lebih banyak dibanding hormon yang
terkandung dalam tembakau asal Eropa.
-
Kandungan tembakai
ternyata juga mengandung protein antikanker. Zat yang terkandung dalam tembakau
bereaksi pada protein, kemudian memisahkannya dengan bakteri. Protein yang
sudah terpisah oleh tembakau rupanya mampu menangkal perkembangan sel kanker
dalam tubuh. Oleh para peneliti tembakau, jenis protein seperti ini biasa
disebut sebagai protein antikanker.
-
Protein lain yang terkandung
dalam tembakau bernama cytokine. Cytokine mampu merangsang aktifnya sel-sel
kekebalan dalam tubuh manusia. Produksi protein cytikine akan menjadi dua kali
lipat lebih banyak bila terlebih dulu melalui beberapa proses, seperti
pemurnian.
-
Manfaat lain pada
kandungan tembakau adalah sebagai perangsang untuk memperbanyak sel tunas. Sel
tunas tersebut kemudian berkembang dan bisa memulihkan atau malah menciptakan
sel-sel dalam tubuh yang fungsinya sudah rusak.
-
Kandungan tembakau juga
bisa mencegah hadirnya penyakit kencing manis.
-
Protein yang terkandung
dalam tembakau juga bisa menghasilkan obat bagi HIV. Protein tersebut bernama
griffithsin. Protein ini menghentikan terbentuknya virus HIV pada tubuh.
·
Dampak negatif dari
penggunaan tembakau
-
Nikotin
Zat kimia ini menyerang saraf dan mampu membuat pengkonsumsinya merasa
kecanduan.
-
Tar
Zat ini biasanya merusak paru-paru dan menjadi penyebab kanker karena
sifatnya yang sangat beracun.
-
Karbon monoksida
Zat ini jelas-jelas beracun, karena bisa menbuat tubuuh kekurangan
oksigen yang dapat menyebabkan sirkulasi aliran darah ke otak tidak lancar.
-
Ammonia
Zat beracun dan dapat membuat pingsan ini biasanya dipakai pada sabun
pencuci lantai.
-
Aeston
Zat ini digunakan dalam proses pembuatan cat.
-
Hydrogen cyanide
Gas beracun yang bisa memyebabkan kematian.
-
Arsen atau arsenik
Zat beracun dan biasa digunakan sebagai pertisida atau herbisida.
2.6 MANFAAT NGINANG
Pada jaman dahulu, dalam
tradisi jawa kuno mengunyah daun sirih hijau wajib hukumnya, terutama bagi kaum
perempuan. Nginang istilah
mereka dalam mengungkapkan ritual wajib ini. Nginang merupakan ritual mengunyah daun sirih hijau yang
ditambahkan dengan racikan tembakau, gambir, kapur putih dan buah pinang muda
yang di-mix dalam porsi
sedikit-sedikit. Setelah dikunyah-kunyah dalam mulut sampai lumat, ludahnya
kemudian menjadi berwarna merah dan daun yang telah dilumatnya itu tidak
ditelan, melainkan diludahkan kembali biasanya ke dalam wadah dari kuningan
yang disebut bokor. Lalu ia
akan mengunyah lagi, dan begitu seterusnya. Sering kita menjumpai nenek-nenek
yang masih mempertahankan ritual nginang
dijaman modern seperti sekarang, memiliki gigi yang utuh dan sehat. Mengapa hal
tersebut bisa terjadi ?
Tradisi jawa, “nginang” yang
diwajibkan bagi wanita
Seperti yang telah kita
ketahui, gigi berlubang adalah masalah utama pada gigi. Namun, masih banyak
yang belum mengetahui bahwa lubang pada gigi umumnya terjadi karena adanya
penularan bakteri Steptococcus.
Streptococcus biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi
bakteri yang paling kondisif kondusif menyebabkan karies untuk email gigi.
Bakteri Streptococcus ini
bertahan hidup dari suatu kelompok karbohidrat berbeda. Gula pada senyawa
karbohidrat ini akan dimanfaatkan bakteri sebagai sumber energinya dan
menghasilkan asam sebagai hasil sampingan dari metabolismenya. Selain itu, sisa
makanan di rongga mulut yang mengalami fermentasi akan menghasilkan asam
sehingga keasaman rongga mulut meningkat. Asam fermentasi bisa melarutkan
mineral email gigi sehingga bakteri akan semakin mudah merusak gigi semakin
dalam. Asam yang berada di mulut akan mengikis email, sehingga menghasilkan
permukaan email yang buram dan kasar. Selanjutnya permukaan email yang kasar
akan menjadi tempat berkembang biaknya bakteri yang bersifat kariogenik
(penyebab karies), salah satunya streptococcus.
Bakteri Streptococcus
Gigi sehat dan kuat dimiliki
oleh orang tua yang memiliki kebiasaan nginang,
terjadi karena kandungan daun sirih dalam racikan nginang-nya itu. Daun sirih memiliki kemampuan sebagai
antiseptic, antioksidan, dan fungisida. Menurut Hariana didalam bukunya yang
berjudul Tumbuhan Obat dan Khasiatnya,
daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%, senyawa fenil propanoid dan
tannin. Senyawa-senyawa ini bersifat antimikroba dan antijamur yang kuat dan
dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri diantaranya Escherichia coli, Salmonella sp,
Staphylococcus, dan dapat mematikan Candida albicans.
Berdasarkan hasil uji
fitokimia daun sirih, menunjukan adanya golongan senyawa glikosida, steroid
atau triterpenoid, flavonoid, tanin, dan antrakinon didalam duan sirih. Adanya
kandungan senyawa senyawa triterpenoid, flavonoid, dan tanin menunjukan bahwa
tumbuhan sirih mempunyai Aktivitas sebagai antimikroba, yang mampu melawan
beberapa bakteri gram positif dan negative. Senyawa tanin dan flavonoid
mempunyai aktivitas antibakteri untuk melawan Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan jamur Candida albicans. Adapun ketiga
bakteri tersebut merupakan bakteri penyebab berbagai penyakit pada gigi dan
gusi serta menimbulkan bau yang tidak sedap di mulut. Ini didukung oleh Ditjen POM (1980) yang menyebutkan bahwa
pada daun sirih dijumpai senyawa flavonoid dan tanin yang bersifat anti mikroba
dan senyawa kavikol yang memiliki daya membunuh bakteri lima kali lebih kuat
dari fenol biasa. Berarti daun sirih mampu menyembuhkan penyakit yang
disebabkan oleh ketiga bakteri tersebut.
Bakteri Eschericia coli Jamur Candida albicans
Menurut Pelczar dalam bukunya
yang berjudul Dasar-Dasar Mikrobiologi, Staphylococcus
merupakan bakteri gram positif yang terdapat pada sel kulit mati, hidung,
mulut, dan luka. Eschericia coli
merupakan bakteri gram negative yang terdapat dalam saluran cerna sebagai flora
normal. Sedangkan Candida albicans adalah
jamur yang terdapat di dalam mulut, usus duabelas jari, usus halus, dan usus
besar.
Sekarang sudah tahu kan,
mengapa kebiasaan nginang membuat
gigi menjadi sehat. Dalam mengkonsumsi daun sirih tidak harus dengan cara
tradisional seperti nginang. Daun sirih dapat dikonsumsi dengan cara lain,
seperti berkumur dengan air rebusan daun sirih setelah menggosok gigi.
Jadikanlah kegiatan berkumur ini sebagai rutinitas sehari-hari, selain gigi
menjadi sehat, napas juga menjadi segar, karena pertumbuhan bakteri yang ada
pada mulut telah diminimalisir.
2.7 DAMPAK NEGATIF DARI NGINANG
Namun,
di balik manfaat yang ada dalam kegiatan nginang, ternyata nginang juga
memiliki efek negatif. Efek negatif yang ditimbulkan oleh nginang adalah
menimbulkan warna kehitaman pada gusi serta kecanduan atau ketagihan seperti
halnya yang terjadi pada pecinta rokok. Efek ketagihan ini disebabkan oleh
tembakau yang digunakan para penginang. Tembakau yang digunakan dalam nginang
memiliki perbedaan dengan tembakau yang digunakan untuk merokok. Tembakau untuk
menginang memiliki kualitas di bawah tembakau rokok. Tapi ada tembakau nginang
yang dianggap baik, yaitu tembakau ampenan yang berasal dari daerah bernama
Ampenan.
Kebiasaan Nginang atau
nyirih masih banyak dilakukan
khususnya generasi tua kita, persepsi yang timbul dari kebiasaan nginang adalah
gigi menjadi awet, tidak rusak, tetap bertahan sampai tua. Kenyataan memang demikian
karena banyak orang yang menginang, gigi geliginya masih bagus sampai usia tua.
Meskipun
demikian, ada akibat yang ditimbulkan
dari kebiasaan nginang ini terhadap kesehatan gigi, berikut ini
ulasannya, ramuan sirih terdiri dari : Daun Sirih, Gambir, Buah Pinang,
Tembakau dan Kapur. Gigi geligi akan menjadi aus dan berwarna kemerahan. Resesi gusi dan iritasi pada mukosa
mulut atau leukoplak dapat terjadi akibat tekanan tembakau. Penumpukan kalkulus atau karang gigi dapat pula
terjadi karena adanya unsur kapur didalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana
basa di dalam mulut.
Ada
tipe gingivitis atau radang gusi yang dinamakan gingivitis
toxica yang ditandai dengan destruksi gingival tulang dibawahnya, yang
dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah tembakau.
Silikat
yang terdapat di dalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu lama
berangsur-angsur akan mengikis elemen
gigi sampai gingiva. Elemen-elemen ini berubah warna menjadi cokelat,
tidak sakit karena proses berjalan lambat dan terus-menerus.
2.8 LEBIH BAIK NGINANG ATAU MEROKOK ?
Selain
dibakar dalam bentuk rokok, tembakau juga dinikmati dengan cara lain termasuk
dikunyah bersama daun sirih (nginang).
Meski tidak berasap, nginang
ternyata memiliki risiko kesehatan yang sama dengan merokok.
Tradisi
mengunyah tembakau dikenal luas di berbagai daerah di Indonesia maupun dunia.
Salah satunya di Jawa Tengah dan sekitarnya, yang populer dengan istilah nginang atau nyusur.
Saat
nginang,
tembakau tidak digunakan sendirian melainkan ada campurannya. Di antaranya
adalah endapan kapur (Jawa: njet),
buah pinang, daun gambir dan tidak lupa daun sirih.
Masyarakat
meyakini, tradisi ini memberikan manfaat bagi kesehatan gigi dan mulut. Meski
belum banyak penelitian tentang dugaan tersebut, kebanyakan penginang memang
memiliki mulut yang sehat serta gigi yang kuat meski berwarna agak kekuningan.
Anggapan
ini mungkin ada benarnya, sebab beberapa campurannya yakni gambir serta daun
sirih dikenal sebagai antiseptik. Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya
dapat mencegah pertumbuhan kuman-kuman penyebab sakit gigi dan bau mulut.
Selain
itu nginang juga menggunakan endapan kapur sebagai campuran. Endapan yang telah
membentuk pasta ini mengandung kalsium, yang diyakini punya manfaat bagi kesehatan
gigi dan tulang.
Sampai
di sini, manfaat nginang
belum terbantahkan. Namun masih ada satu komponen lagi yang pastinya
kontroversial, yakni tembakau. Jika tembakau dikatakan berbahaya ketika dalam
bentuk rokok, apakah hal yang sama berlaku juga dalam nginang ?
Seperti
dilansir dari ncbi.nlm.nih.gov, Senin (31/5/2010) sebuah penelitian pernah
dilakukan oleh National
Board of Health and Welfare (1997) untuk melihat
hal itu. Ternyata pada smokeless tobacco (produk tembakau
non-rokok) termasuk nginang, dijumpai risiko kesehatan yang sama
dengan merokok meski sedikit lebih kecil.
Risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah pada smokeless tobacco
meningkat 2 kali lipat dibandingkan ketika tidak mengonsumsi tembakau.
Sedangkan pada rokok, risiko terebut menginkat 3 kali lipat.
Selain
itu, smokeless tobacco
dapat meningkatkan tekanan darah sehingga memperbesar risiko hipertensi. Hal
yang sama juga terjadi pada rokok.
Karena
dampak negatifnya lebih kecil, dalam hal ini nginang
bisa dikatakan lebih aman dibandingkan rokok.
Apalagi dampak tersebut hanya dialami oleh yang bersangkutan, tidak seperti
rokok yang mengenal istilah perokok pasif.
Jika
dari sisi kesehatan dampak negatif nginang sudah
ditemukan, dampak negatif dari sisi lingkungan sebenarnya juga ada.
Salah
satu komponen dalam nginang adalah
pinang, yang mengandung alkaloid bernama arecoline. Senyawa ini akan memberi
warna yang khas pada air liur saat nginang, yakni merah terang.
Kebiasaan
buruk di desa-desa adalah meludah sembarangan. Dengan warna air liur yang
semacam itu, kebiasaan itu tentu saja akan meninggalkan noda berupa bercak
merah di mana-mana.
Sebenarnya
masyarakat di Indonesia seperti di Jawa mempunyai wadah khusus untuk meludah,
berupa kaleng kecil yang disebut tempolong.
Masalah lingkungan akan teratasi jika saja semua orang yang nginang punya wadah semacam ini.
2.9 PERKEMBANGAN NGINANG DI ERA GLOBALISASI
Dalam budaya Jawa,
tradisi nginang memiliki makna filosofi, berasal dari kata enang’e atau menjadi
saksi. Dulu masyarakat mendengarkan ajaran agama Islam sambil mengunyah sirih,
agar lebih bisa konsentrasi dan menjadi saksi atas petuah-petuah kanjeng Nabi.
Namun seiring perkembangan jaman, tradisi nginang semakin hilang. Biasanya
keraton Kasunanan Surakarta masih menggelar tradisi nginang ini untuk menyambut
datangnya Maulid Nabi Muhammad SAW.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Nginang merupakan salah satu kebudayaan atau kebiasaan
yang diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang yang berkembang hingga
sekarang. Nginang dipercaya dapat membuat gigi dan gusi lebih sehat dan kuat,
serta dapat menghilangkan bau mulut. Tetapi dibalik itu semua, nginang juga
memiliki dampak negatif, yakni dapat menimbulkan
warna kehitaman pada gusi serta kecanduan atau ketagihan seperti halnya yang
terjadi pada pecinta rokok. Efek ketagihan ini disebabkan oleh tembakau yang
digunakan para penginang.
Di era globalisasi ini kebiasaan nginang sudah mulai
ditinggalkan. Banyak anak-anak muda yang tidak tertarik dengan kebiasaan ini.
Padahal banyak mitos yang bermanfaat di balik nginang
3.2
SARAN
Saran yang dapat disampaikan dalam
penulis ini adalah sebagai berikut :
·
Para pembaca dapat
menggunakan makalah
ini untuk menambah wawasan mengenai mitos tentang nginang.
·
Pada makalah ini penulis membahas mitos tentang nginang.
Penulis menyarankan kepada para pembaca agar dapat membahas lebih lanjut mengenai mitos-mitos
tentang kesehatan yang ada di berbagai suku yang tersebar di seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Giri, Wahyana. Sajen Dan Ritual Orang Jawa. 2010.
Yogyakarta: Narasi.
A.N.S, Thomas. Tanaman Obat Tradisional 1. 1982.
Yogyakarta: Kanisius.
Damayanti, Rini;
Moeljanto; Mulyono. 2003. Manfaat Dan
Khasiat Daun Sirih. Tangerang: PT Agromedia Pustaka.
Ada lagi yg bilang nginang ditambah kapulaga.aoa itu kapulaga?
BalasHapus